#1: Juggling Finances Between Business and Personal with Hadi Ismanto (Money Actually Podcast)

#1: Juggling Finances Between Business and Personal with Hadi Ismanto (Money Actually Podcast)

Show Video

Satu hal yang gue pelajari selama pandemi adalah, banyak dari kita mencoba menjadi orang baik, kan, kita bilang kita tidak mau memecat orang, tidak mau memotong gaji mereka, dst., karena kita liat banyak yang melakukan itu, "Eh kayaknya mereka bisa ya, " Tapi gue baru sadar belakangan, kalau gue bukan anak siapa siapa, bukan anak milyuner, atau anak orang kaya lain, dan itu adalah privilege. Dan aku perlu sadar, dan menerima, bahwa kalau gue ga bisa jadi orang baik, karena gue ga punya privilege itu, gue harus bisa terima keadaan itu. Money Actually Hai, gue money buddy kalian, Fellexandro Ruby. Di Podcast ini, kita akan membahas "Uang itu Penting : Lebih dari Sekadar Matematika" .

Ngerasa nggak sih temen-temen, kita tuh sebenernya tau kita perlu invest, kita perlu nabung, kita harusnya bergerak maju ke gol keuangan kita, tapi kok susah banget yah 12 00:00:56,000 -- >00:01:03,000 kalau udah di real situation, ketemu tombol "jual" tuh kayaknya, hahh kalah, gitu ya. Dan pernah gak bertanya, kenapa orang yang pintar dan berpendidikan bisa terjebak dalam investasi yang terlalu baik untuk terjadi, dan pada akhirnya kehilangan uang mereka? Tapi kita di sini nggak untuk menghakimi, kita di sini untuk membantu satu sama lain, jadi lebih sadar, dan harapannya obrolan ini akan membantu kamu menguraikan pikiran, emosi, membantumu memahami berbagai macam hal, dan pada akhirnya menyembuhkan hubunganmu dengan uang. Selamat datang di Money Actually, dan selamat datang Hadi Ismanto. Halo Pak, Halo Pak Rubi, Halo semua, selamat datang.

Hadi, kita udah kenal satu sama lain dari kapan yah? Apa memori paling awal yang lu ingat? Kayaknya, kita ketemu di Common Ground nggak sih? Common Ground City Walk? Iya waktu pertama buka ya? Ya kan, waktu pertama buka / Itu berarti 2014? Yeah, 2014-2015, waktu itu lu masih ngomongin tentang start up lu sebelumnya, Iya, iya / Ya kan, startup FoodTech itu Iya iya, delapan tahun kemudian.. Haha, delapan tahun kemudian, Ruby terkenal banget sekarang / Nggak nggak nggak nggak, Tapi gue terkesan banget sama perjalanan hidup lu dan gimana lu pivot gitu ya istilahnya, itu mengesankan banget. Yak, dan buat gue juga mengesankan, gimana sebuah perusahaan media baru, kayak Manual, pada akhirnya lu bertumbuh dan berevolusi, terutama selama pandemi.

Dan, gue mau mulai dari situ Hadi. Boleh boleh, gimana. Pasti bukan hal yang gampang kan ngelewatin pandemi / Ya tentu saja Bisakah lu cerita ke kita perjalanan lu di awal lu bertumbuhnya dari seorang founder, ngelewatin pandemi, sampai akhirnya sekarang. Hmm hmm mungkin pendek aja kali ya, karena orang mungkin udah denger ini berkali-kali, tapi kayaknya kalau kita ngomong dari segi uang, gitu Mmm.. lu tau, kalo lu ngomong bahwa waktulu mulai sebuah perusahaan, waktu lu mulai bisnis, selalu ada ikatan emosional tertentu, terlepas dari gimana lu memandangnya. "Oh, ini bayi gue." / "Bener banget. Kayak gue membesarkan bayi gue." "Jadi ada banyak waktu, terutama di awal-awal, di mana lu ngerasa, lu harus mendedikasikan 100%, atau bahkan 120%, itulah kenapa orang ambil pinjaman, mencari investasi gitu kan, untuk bayi lu, karena itu momen krusial banget nih, biar perusahaan gue bisa ada, bisa tumbuh gitu.

Dan tentu aja, setelah beberapa tahun, dan lu sampe di suatu titik, yang kayak, ok gue ngga bisa terus-terusan begini, yang ngga punya gue ngga tahu kalo lo gimana ya, tapi gue yakin banyak di antara kita pengusaha, itu biasanya nggak, pada awalnya yah, tidak memisahkan uang perusahaan dan uang pribadi. Lu ngerti maksud gue kan Iya, itu kayaknya banyak orang pernah ngalamin dosa yang sama. Ya dosa gitu, tapi balik lagi, karena tadi kan, ketika lo punya banyak uang, hasil penjualan, ada di rekening perusahaan, baru saat itu lu mikir, "Oke gue bisa makan enak deh bulan ini, gitu." Yak. Karena kalau ada bulan yang lagi sepi, ya lo harus ambil dari uang pribadi lo, gitu kan / Yak, yak, yak. Jadi lo sampai di suatu titik di mana, oke kayaknya perusahaan gue udah cukup stabil, gue bisa mulai ambil gaji nih sebagai CEO.

Gitu kan, atau sebagai founder, apapun posisi lo di perusahaan, Nah di situlah baru bisa mulai, oke, gua harus ngatur, bukan hanya keuangan perusahaan, tentu aja dibantu CFO, dan seluruh tim finansial gitu, tapi lu perlu ngatur finansial pribadi lu kan. / Yak Dan kayaknya buat gue, di kasus gue, gue merasa kayak, gue mulai, gue belajarnya terlambat banget. Karena kayaknya gue di umur 28, 27 gitu, dan gue baru belajar kayak oh, berapa persen yah yang harus ditabung, berapa persen yang harus untuk biaya../ ini personal nih yah? personal.. / bukan si company yah? / personal.. personal.. yang mana mirip, tapi beda bentuk kan, mengatur keuangan perusahaan dan mengatur mimpi dan ambisi pribadi.

Jadi gue ada di tahap itu, dan datanglah pandemi. Gue baru nabung, gue baru bisa nabung beberapa tahun trus ada pandemi ya, dan kemudian semua jadi rancu men, rancu gitu Kayak kembali ke nol ya / Kayak kembali ke nol lagi lu harus suntik lagi tabungan dan uang pribadi lo biar perusahaan ini bisa bertahan gitu kan. Gue bahkan harus jualan beberapa barang biar perusahaan bisa bertahan, tanpa memotong gaji karyawan dan THR gitu kan.

Itu adalah hal-hal yang tricky, kalo lo ngomongin tentang uang dan perjalanan berwirausaha, terutama selama pandemi. Gue ga tau apakah lu ngerasain juga./ Gue paham banget rasanya. Maksud gua, di tengah pandemi juga gua penyesuaian banyak banget, gimana caranya bisa bertahan dan dari semenjak Maret 2020, pertama kejadian, minimal setahun ke depan bisa bertahan dulu, gitu karena pasti banyak yang kepotong kan, kayak jumlah klien juga berkurang, lalu kebutuhan lo harus berubah, dan gue jadi kepikiran sih, elo mulai manual tuh 2013? Gue mulai manual, kita launchnya December 2013, tapi gue rencananya tuh di akhir 2012, waktu gue kuliah di Melbourne. Oke. Di tahun berapa lo akhirnya baru mulai menggaji diri sendiri? Wow ini ngga ada di script tapi ini pertanyaannya bagus banget. Emm, sejujurnya, kayaknya di tahun 2017 / 17? / 17. Jadi realita menampar ya. Perlu waktu 3-4 tahun sampai lu ada di posisi aman, yang

oke, Hadi membayar tim nya dulu baru akhirnya membayar diri sendiri gitu. Bener banget, bener banget. Empat tahun. Tapi, gue pikir, caranya ngga cuma satu itu. / Yes. Perjalanan tiap orang itu beda-beda, level privilege orang itu beda-beda.

Dan di kasus gue, itu karena gue ngerasa gue punya privilege untuk bisa tetep jaga idealisme, gitu.. Yaudah, empat atau lima tahun itu jalan gue, gitu kan. Kan ga semua orang bisa ngelakuin itu, dan gapapa. / Yak. Gimana waktu itu elu, emm gue susun lagi deh ya kalimatnya, perasaan lu gimana waktu itu, kayak, 3 tahun pertama ngga menggaji diri sendiri, karena bisa banyak yang muncul kan. Satu, bisa jadi lu merasa gagal, kok gue jadi founder tapi ga bisa menggaji diri sendiri, atau justru lo ngerasa kayak, oh ini tantangan yang harus gue jalani, dan malah bikin lo semangat gitu? Oh gua tahu nih sedikit lagi gua mendekati ke gol gua, gitu..

Ini pertanyaan bagus nih, mm, menurut gue, sebagai pengusaha muda, dulu, hal itu gapernah muncul di pikiran gue sih. / Yak Karena, kayaknya di kepala gue tuh bener-bener penuh banget dengan, gimana caranya perusahaan gue bisa menghasilkan uang lebih banyak. Lebih banyak pendapatan, lebih banyak pendapatan, ini kita belum ngomongin keuntungan ya, tapi bahkan baru lebih banyak pendapatan / Oke lebih banyak pendapatan / Oke. Menurut gue, pikiran itu menyita pikiran gua banget sih waktu itu yah / Oke Sehingga gua ngga terlalu mikirin perasaan gue seperti apa, insekuritas, dll gitu sih. Tapi apakah dengan lo mikirin harus pendapatan selanjutnya, gedein pendapatan, apakah itu berdampak pada tingkat kecemasan lo, tingkat stress lo? Mmm kayaknya tiap tahun itu mempengaruhi kecemasan, perjalanannya penuh roller coaster banget kan, dan menurut gue ini orang jarang ngomongin / bener bener, karena ngomongin personal finance aja udah berat banget, apalagi harus berhadapan dengan keuangan personal dan perusahaan. Yak terus, lu tadi lagi cerita.

Gue pikir kalo lu nanya gue tentang tingkat kecemasan gue, gue bener-bener ngerasa kayak, lagi-lagi, karena tidak ada kata yang cukup bisa mewakilkan, rasanya kayak di roller coaster. Akan ada waktu dan musim ketika tingkat kecemasan lu naik banget nih. Tipikalnya, mungkin, pas deket-deket THR / Yak. Buat setiap pengusaha, pas THR mau dateng, kecemasan juga ikutan dateng gitu kan. / Yak

Tapi tentu saja, gue ngerasa selama perjalanan ini gue belajar, "Wah kok tingkat kecemasan ini sama terus nih, tiap tahun, di musim menjelang THR, gitu kan. Jadi gue belajar sebagai pengusaha, oke, gue ngga bisa begini terus. Gue harus punya sistem. Itulah alasan gue harus bisa punya target penjualan, gue harus bisa lebih ketat dengan keuangan perusahaan, kayak, meskipun kami ada dana di bank, misalnya gitu, kami punya uang di bank, tapi ngga semua permintaan penggunaan dana gue setujui, misalnya. / Baik. Meskipun mereka bilang, misalnya kayak, tentu aja ngga semua karyawan tahu apa yang terjadi di perusahaan secara 150%, tapi ya, lu berusaha sebaik mungkin untuk transparan, karena pada akhirnya, lu harus jaga itu sendiri, gitu / Hmm.. dan lo ngga bisa menyenangkan semua orang, gitu. / Hmm..

Apa pembelajaran terbesar waktu itu? / Tentang apa? / Tentang keuangan Kayak tadi lo bilang, lo jadi harus punya target, apakah sebelumnya lo lebih lunak, yaudah gue ngeliat angka pemasukan aja deh, pengeluaran terserah deh, yang penting pemasukannya banyak gitu kan. Atau terus kemudian akhirnya, dalam perjalanan, lo jadi akhirnya rekrut orang keuangan khusus kah, atau jadinya lo punya laporan keuangan, gimana cara lo bertumbuh secara finansial dari sisi keuangan perusahaan gitu? Menurut gue, tergantung dari di tahun berapanya. Dan udah di perjalanan tahun ke berapa dari perusahaan, terutama perusahaan seperti kami, gitu kan / Yak Cuma, menurut gue, menurut gue itu proses ya, kayak tadi gue bilang gitu, salah satu memori paling awal adalah gue gaji diri gue sendiri dulu, jadi gue punya pengeluaran operasional yang stabil, nih, yang nggak gue ganggu gugat gitu, terserah dividennya nanti gimana, atau keuntungannya gimana, yang penting gue punya gaji dulu. / Oke. Stabil. Terlepas dari apakah perusahaan lagi dalam kondisi baik atau engga, gitu kan.

Dan tentu aja akan ada fase selanjutnya yang kayak, pajak misalnya. Pajak, BPJS, hal-hal gitu kan, Lo tau kan, itu hal-hal kecil yang selalu, " Tiiit," Yak yak / Ngerti kan. Pada akhirnya, kita berlangganan ke sebuah platform pajak tertentu, untuk membantu kita di bagian itu, kita punya konsultan pajak juga, yang membantu kita selama proses tersebut, dan bisa mengakomodasi budget lah kasarnya, di dalam tahap perencanaan finansial kita waktu itu gitu. Jadi, lagi-lagi, perjalanannya beda-beda, dan lalu pandemi menyerang, / Yak. kami harus berhenti berlangganan ke platform tersebut, kami harus mengerjakan pajak secara manual, ngga bermaksud bermain kata, manually, Lalu, kami, maksud gue, gue harus jujur, pajak kita, administrasi kita, ketinggalan. Kasarnya gitu. Karena kita punya prioritas kan, yang, yang, ya.. ini mungkin, gue ngga tau ya, ini agak melenceng sedikit dari pertanyaan lo,

tapi sesuatu yang gue pelajari selama pandemi adalah, banyak dari kita berusaha jadi orang baik. kan, kita bilang kita tidak mau memecat orang, tidak mau memotong gaji mereka, dst., karena kita liat banyak yang melakukan itu, "Eh kayaknya mereka bisa ya, " Tapi aku baru sadar belakangan, kalau aku bukan anak siapa siapa, bukan anak milyuner, atau anak orang kaya lain, dan mereka adalah orang-orang yang memiliki privilege. Dan aku perlu sadar, dan menerima, bahwa kalau aku ga bisa jadi orang baik, karena aku ga punya privilege itu, aku harus bisa terima keadaan itu. / Paham..

Gue pikir itu hal yang menarik buat dipelajari sih / Wow / Apakah lu setuju? / Itu menurut gue susah loh untuk nyampe di titik itu Susah, karena lu pengen jadi orang baik gitu loh / dan ada pergumulan pasti di dalam / Ada dilema pasti, yang kayak, apakah gue melakukan ini, apakah gue orang jahat jika gue harus memecat 5 karyawan? / Yak. Tapi perusahaan lagi nggak sehat, gitu kan / Dunia lagi ngga baik Dunia lagi nggak baik, perusahaan lagi ngga baik, dan gue ngga punya Papa yang bisa gue minta," Pah, minta 5 M gitu karena gue harus menyelamatkan perusahaan, gitu." / Baik Jadi, itu pertarungan lah, pertarungan hati nurani. Sebenarnya ini adalah hal yang gue pengen kita bicarakan. Sisi emosional dari kejadian itu, ngga cuma hanya soal itung-itungannya, kan gitu.

Jadi waktu covid, apa pola pikir lu? Apakah berubah akhirnya mindset lu, apakah itu menyelamatkan diri sendiri, dan gue ga bermaksud bilang bahwa menyelamatkan diri itu buruk ya, karena kalau lu tau konsep masker oksigen pesawat / ya / kita kan disarankan untuk pakai masker oksigen itu sendiri, baru lu pakein masker oksigen ke anak lu, kan ya ya ya, gue ngerti / atau justru lo nyelametin tim lu, atau apa ? Mmm, sejujurnya, mm pikiran itu ga pernah muncul di kepala gue sih, karena gue terlalu sibuk untuk mm menyelamatkan kapal (perusahaan) ini gitu. Oke, jadi kata kuncinya menyelamatkan kapal ya. / Menyelamatkan kapal, gitu. Kayak, keadaan lagi nggak baik-baik aja, banyak lobang di mana-mana, gitu. Gue harus melakukan yang gue bisa. / Yak Dan menggunakan semua yang gue punya, untuk menyelamatkan kapal. Gitu, terutama dalam peran gue sebagai kapten kapal kan. Tapi gue harus mengakui, kayak, balik lagi kita ngomong privilege ya, menurut gue, ya kita ga bisa mengeluarkan kata privilege ini dari pembicaraan tentang uang gitu kan.

Gue punya privilege gitu. Gue masih tinggal di Jakarta kan, gue tinggal gratis, gitu loh. Gue tinggal sama keluarga, gitu. Kalau misalnya gue bener-bener ga bisa makan pun, gue bisa masak indomie yang udah dibeli sama oma gue gitu. Ngerti kan? Jadi kayak, gue bisa hidup dengan nyaman, di Jakarta Selatan, tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun dalam seminggu. Gue pikir itu privilege, kan. Jadi ya, kalau lu tadi tanya gue, ya, selametin kapal dulu, karena gue bisa.

Pada akhirnya lo menyadari ya, motong gaji, atau PHK karyawan juga akhirnya dilakukan. Akhirnya dilakukan. Kami melakukannya di, mungkin gue salah soal detailnya, kami melakukannya di bulan keempat pandemi, karena kita sadar kayak, "Oh nggak, oh nggak, ini nggak akan berjalan baik, gitu kan." Di bulan keempat kita memutuskan kita harus melakukan pemotongan gaji, tapi itu pun kita melakukan voting di perusahaan. Wow / Gue pengen tahu apa yang dirasakan semua orang, apakah semua orang memiliki persepsi yang sama dengan kami, jadi kita melakukan voting, gitu.

Apakah kamu lebih memilih kami mengurangi gaji sebesar sekian, agar perusahaan bisa selamat, apakah kamu bersedia jika pengurangannya lebih besar, dan gimana lah, gue ga inget keseluruhan pertanyaannya, tapi kami melakukan voting, dan kami memutuskan, oke deh tiga bulan, gitu, kita potong gaji, mm sebagian kecilnya, mm, dan lalu setelah itu, sebenarnya perusahaan belum pulih, dan itu adalah titik di mana gue berusaha jadi orang baik gitu. Yang kayak, yaudah gapapa. Kita, karena kasian, lu tau kan, sebagai pengusaha, lo bisa liat anak anak lo itu kerjanya bisa dua kali lebih susah, meskipun mereka bekerja dari rumah. Tapi itu lagi pandemi, dan beberapa dari mereka kehilangan orang tua karena covid, gitu,

kaya, lu masa tega sih ngeliat pemotongan-pemotongan gaji terus kan. Jadi segera setelah kami bisa menutupi biaya operasional, gaji aja, di situlah titik "oke, ngga usah potong gaji lagi, balik lagi, tapi sebagai gantinya ya, THR mundur, pajak terlambat waktu itu, lalu, semua hal ketinggalan, dan lu tau, sebelum lu sadar, "Ya ampun, pandemi udah berlangsung dua tahun, gitu loh." Lalu semua utang menumpuk, itu adalah periode yang sangat penuh tekanan, buat gue secara pribadi. Terima kasih loh, udah terbuka tentang ini. / Tentu saja, maksud gue, ini program kita kan, gue harus memberikan contoh, jadi buat tamu berikutnya, tolong yah.

Mmm, gue seneng banget karena banyak orang yang perlu kenyataan ini dibuka gitu, bikin bisnis itu ngga cuman haha hihinya, ngga cuman serunya, apalagi lu di media kan, yang orang liat adalah, "Ih, Hadi dari event ke event, gitu ya. Hadi ada sponsorship ini dan ini, gitu." Ada sebuah cerita lucu tentang media, bisnis media tidak menghasilkan banyak uang, lu tau ini pasti, tapi ada banyak pemberian barang gratis, jadi ya kayak, yaudahlah. Nanti ada Manual Preloved khusus Oke, oke. Apakah lu menganggap keseluruhan perjalanan ini adalah sebuah apa ya, sebuah perjalanan yang dipengaruhi oleh hustle culture (budaya kerja keras)? Mmm / Ini udah berlangsung 8 tahun kan? / Yayaya Menurut gue ini pertanyaan besar ya, karena, tiap orang punya definisi masing-masing tentang hustle culture, gitu.

Jadi, mm, buat gue, secara pribadi, menurutku hustling culture itu sesimpel ini, Lu ngga bisa sampai ke posisi yang luar biasa, tanpa melakukan usaha yang luar biasa. Sebenernya sesimpel itu, tapi kan sekarang makna ini sudah di pelintir hingga menjadi, "Oh, hustle berarti lu harus memberikan kuantitas. Ga peduli apapun, kuantitas. Kerja lebih banyak, lembur lebih banyak. Gitu, terus menerus, gitu,

yang gue ga sepenuhnya setuju, karena buat gue, keseimbangan kerja dan hidup nggak bisa dilihat secara hitam putih, kayak, lu 12 jam kerja 12 jam istirahat, itu nggak seperti itu. ' Menurut gue, keseimbangan kerja dan hidup berarti, lu tau kapan lu harus memprioritaskan hidup, dan tahu kapan harus memprioritaskan pekerjaan. Gitu, dan terutama buat gue, ketika gue memulai Manual, gue tahu bahwa gue harus hustle, gitu Karena waktu itu lagi krusial banget, dan gue ga bisa gagal, kasarnya, atau gue ga boleh salah langkah, sedikit pun, gitu. Itulah kenapa gue melakukan hustle waktu itu. Tapi ya kalau misalnya liburan ya tetap libur.

Gue menghabiskan waktu bersama keluarga gue, tidur juga cukup / Nggak yang tidur dua jam, gitu kan Ya, kalau lagi hustling kan tidurnya gitu kan. Dan faktanya, gue agak capek hari ini karena kemarin malem gue diajak rapat tapi rapatnya jam 8.30 malem di sebuah bar gitu, dan orang lagi ngerayain ulang tahun, dan ya ampun. Tapi ya memang gitu, itu namanya hustling. Tapi kan nggak setiap hari toh / Nggak setiap hari. Tepat sekali / Lu menemukan keseimbangan lu sendiri. / Tepat sekali, itu hal yang gue pelajari sih.

Baik, oke. Tentang hustling. Hustling ya, gue gue setuju sih, dan gue setuju bahwa arti hustling banyak dipelintir, sampai suatu titik di mana orang ngga mau bekerja keras jadinya. Ya, ya / Kayak, kerja lebih sedikit, itu udah langsung dirasa, wih, toxic nih. Ya bro, dalam sebulan baru sehari sih gua minta lembur, ngga minta setiap hari gitu kan Gue nangkep, gue nangkep. Maksudnya, ini bukan topik sederhana yang bisa dibahas dalam satu kalimat, atau bahkan satu artikel kadang-kadang ya.

Itulah mengapa podcast ini tak terbatas, dua jam. / Dua jam, apa yang kalian lihat di Spotify atau Youtube? Ya, trus trus Ya, menurut gue, waktu kita ngomong tentang hustle culture, gitu, dan bahayanya, menurut gue lu perlu ngeliatnya dari konteks alasannya sih, dalam konteks yang lebih besar ya, kayak, jenis nilai yang lu dapatkan, nilai yang lu berikan, dan, kita nyenggol sedikit dengan kata passion, gitu kan, yang, udah kita banyak bicarakan di clubhouse, banyak talkshow, yang lu tau, untuk setiap orang, akan selalu ada sesuatu yang membuat lu bersedia menderita untuknya. Dan kalau gue bersedia menderita untuk perkara media, dan lu engga, lu ngga bisa nyalahin gue, gitu, karena ini sesuatu yang gue pengen lakukan, gitu. Dan gue ngga bisa nyalahin lu, kalau lu ngga bersedia menderita untuk perkara yang gue bersedia menderita di situ. / Yes Jadi ngga sesimpel itu. / Ya. / Tiap orang punya jalannya masing-masing aja sih.

Dan, menurut gue sendiri sebagai pengusaha, di beberapa tahun pertama tentu saja lu harus hustling lebih banyak, ya nggak sih? / Ya, tentu aja. Ya kayak yang lu bilang, lu pengen gol yang besar, ya ngga bisa diselesaikan dengan mau sehari nonton Netflix 3 jam. Iya bener, bener banget, bener banget. Lu ngga bisa punya semua hal. Lu ngga bisa punya semua hal, tapi lu masih bisa nonton Netflix, ya mungkin setengah jam, gitu. / Bener banget. Justru gue ngerasa kayak, kita udah ngomongin banyak tentang ini kan, dan lu harus bekerja keras, sehingga suatu hari, lu bisa menikmati nonton Netflix 3 jam, gitu loh. Karena lu membangun fondasinya, gitu. Gue pikir itu sesuatu yang keluarga gue selalu ajarkan ke gue ya, dan gue ngga pikir itu sesuatu yang toxic, gue ga pernah mikir mereka itu toxic.

Itu realitanya kan? / Itu realitanya, gue percaya itu, dan gue pikir, menjalani hidup gue sekarang di umur 30 itu, gue juga, gue paham kenapa mereka bisa bilang gitu, di awal, bahwa kenapa gue harus lakukan yang gue harus lakukan . Ini bagus banget nih Hadi nih. Tanpa gue minta dia bridging sendiri. Karena lu menyentuh satu poin menarik tentang keluarga, gitu. Dan ini adalah yang akan gue tanya ke hampir semua tamu. Karena menurut gue, gimana cara lo dibesarkan, gimana cara keluarga lo melihat uang, finansial, mengaturnya, pada akhirnya itu turun ke lo. / Ya, ya. Lu ngerasa terpengaruh nggak, sama pandangan bokap, nyokap, waktu lu tumbuh dewasa, dan akhirnya ini jadi apa ya, jadi habit yang, mungkin bagus, mungkin juga ada yang kurang dan lu sadar lu mau improve. / Yak yak yak. Pasti lah ya, kalau terpengaruh ngga mungkin engga yah. Emm, bagian mananya, sejujurnya,

Ok, sebagai latar belakang, gue datang dari keluarga kelas menengah yang berkecukupan lah, gitu kan. Keluarga gue tinggal di Pekanbaru, gitu, dan mereka punya bisnis, satu aja gitu, bukan yang konglomerat gitu ya, dan bisnisnya juga notabene ya bisnis konservatif bengkel mobil gitu. Kaca film, karpet mobil, sarung jok, gitu gitu, itu kondisi di mana gue tumbuh. Berarti kalau mau nanya soal gituan lu tau banget ya, Emm, 50:50 ya. Kan dari kecil gue ga pernah tertarik. Papa gue selalu ngajarin ,"Kamu harus belajar ini ini, gitu,"

"Jadi ban itu ukurannya begini," / "Kaca film itu ini mahal karena ini" / "Oke oke oke" Ya mungkin kalau nanti klien di Manual ada yang hubungan sama itu lo jadi gampang ngehubunginnya. / Bener banget. Gue bisa, oh, lu tau, gue punya beberapa pengetahuan tentang itu. Trus trus kebawa ke lu, ya kebawa, gue pikir karena itu, gue ga pernah ngeliat sukses, atau kemakmuran, atau kekayaan yang gila banget, itu sebagai yang harus dimiliki di dalam hidup, gitu sih.

Karena, sebagai gantinya, gue ngeliat Papa dan Mama gue, sebagai orang yang sangat baik. Jadi lelaki baik, ayah yang baik, suami istri yang baik, gitu, dan itu sesuatu yang selalu menginspirasi gue, gitu. Yang, bikin gue tahu, contohnya kayak Papa gue, beliau selalu bilang begini: kredibilitas dan reputasimu adalah aset paling mahal dari semua aset yang kamu punya. Dan kamu ngga pernah bisa menukarkan itu dengan uang sebanyak apapun. Dan menurut gue, ya, gue ngga sengaja, sebenernya, tapi itu secara langsung tergambarkan dari kenapa gue membangun Manual, sebuah folder media baru, sebagaimana gue membangunnya. Bahwa kredibilitas itu penting, dan jika lu harus kehilangan klien, atau jika lu harus kasih diskon, karena lu berbuat kesalahan atau apapun itu, gue ngga berat hati melakukan itu. Mendingan gue rugi dan nanti gue cari deh,

utangnya di mana, gue harus ngutang berapa lagi gitu, daripada gua jaga 10 atau 20 juta ekstra itu tapi jadinya nama dan kredibilitas kita rusak. / Baik Dan gue pikir, itu bener-bener mempengaruhi gue. Jadi itu lebih penting daripada uang. / Wow, itu baru satu loh. / Baru satu. Baru satu poin loh, kredibilitas kan. Dan itu udah ngaruh ke keuangan. Bagaimana lu memperlakukan klien, gitu. Ya, jadi gue suka banget program ini. / Terima kasih, terima kasih banget. Terima kasih tim Manual udah ngelakuin ini bareng-bareng, dan Okura, udah ngelakuin ini bareng-bareng. / Ya, ini tempat yang bagus.

Gue coba bantu ya, karena menurut gue, ngeliat balik ke masa lalu memang nggak segampang itu, gue sendiri, memori paling awal dari masa kecil gue adalah, SD kelas 4. Wow. / Sebelum itu, gue blank. Lu serius? Cuma tentang masa kecil secara umum gitu? / Ya, masa kecil secara umum. Wow. Oke, itu cukup tua sih. SD kelas 4. Jadi gue bisa paham kalau misalnya lu memerlukan waktu untuk mengingatnya.

Gue harap obrolan ini bisa ngebantu lu. Apa memori pertama lu tentang uang? Bisa apapun lah. Pertemuan lo sampe, "Oh duit tuh ini." "Oh ini toh duit ya." Gue ngga tau ternyata duit tuh buat ini. Emm, ya / Mungkin lo lagi di bengkel, ngeliat bokap lo dengan klien, atau mungkin, Kalau gue nih ya, kalau gue trigger dari gue dulu nih ya, Kalau gue memori pertama gue tentang uang adalah fakta bahwa gue waktu SD itu gue dipecut untuk belajar dengan baik, supaya juara kelas, supaya dapet beasiswa, supaya meringankan beban orang tua.

Yak, Oke, wow / Jadi gue dari SD kelas 1 sampai SD kelas 6 ranking 1 terus. Gila, karena udah ada kesadaran itu. / Sebenernya awalnya karena dipecut aja. Kesadaran yang dipaksakan ada. / Ya, kita kan hidup dengan rotan dan tali pinggang yah. / Yap yap. Tapi setelah menjalani setahun dua tahun gua jadi sadar bahwa, oh, gua kelas menengah, tapi nggak kelas menengah atas bro.

Ngerti, ngerti. / Bahkan gua aja sebagai anak harus memperjuangkan untuk edukasi gue sendiri. Yak, yak. / Gitu kan, dan di situlah gue sadar, oh duit tuh gini ya, lu butuh banyak berjuang di sana biar lu bisa bertahan. Tapi itu, menurut gue itu sesuatu yang.. memori pertama tentang uang yang sangat berat gitu loh..

Yak, dan gue juga baru sadar, setelah gue menjalani itu bertahun-tahun. Tentunya gue sebagai anak kelas berapa SD, gue jalani aja kan. Tapi setelah gue SMP, kenapa ya 6 tahun gue terbuang begitu ya, bukan terbuang lah. Berlalu begitu kan. Yaya, menurut gue, setelah gue pikir-pikir, kalau gue memorinya sederhana aja sih, tentang uang secara general gitu yah. Gue rasa itu salah satu memori pertama masa kecil juga sih. Ketika gue masih TK, jadi waktu itu, keluarga gue, mama dan papa gue, mereka ketemu di Jakarta, jadi gue lahir tuh di Jakarta sebenernya.

Gue sempet TK di Jakarta, TK Kak Seto, terima kasih Kak Seto, Si Komo, gitu kan. Dan setelah itu, Seluruh keluarga baru pindah ke Pekanbaru. Jadi gue TK besarnya di Pekanbaru. Jadi itu memori pertama masa kecil gue. Gue inget bahwa Papa gue ngekos, terus Papa gue itu kalo sore bawa gue jalan-jalan. Dan gue masih inget, kalau anak kecil kan kita duduk di depan tuh.

Ini TK nih ya, umur 3-4 dong itu dong / TK ya ya, gue pikir sekitar itu. / Wow. / Gue inget aja/ Memori lo bagus, terus.. Ga jelek ya, tapi gue pikir itu memori positif. Gue duduk di depan motor gitu, dan kemudian Papa gue bawa gue ke kayak toserba toserba, lo tau, di daerah yang jual permen, jual snack, dll.,

Menurut gue, itu memori ketika gue nunjuk sesuatu dan bilang ke Papa kalo gue pengen itu, lalu Papa ambil uang dan beliin itu buat gue. Yaudah gue makan sambil naik motor, di bagian depannya itu kan. Dibonceng depan gitu. Kayaknya itu salah satu memori masa kecil termanis yang gue miliki. Baik. Dari memori pertama pasti lo makin sadar pentingnya uang, gitu ya. Buat beli barang. / Buat beli barang, oh ternyata gue minta, bisa dapet. / Iya ya, gue ke Timezone, gue butuh koin. Rekaman Podcast Money Actually dapat terlaksana oleh The Okura Jakarta, sebuah apartemen mewah dengan potensi investasi menarik dan hasil tahunan. Terletak di dalam pusat bisnis Kuningan dan SCBD. Properti ini di kelola oleh Okura Hotel yang terkenal berkualitas, dan dibangun oleh Mitsubishi Estate, salah satu pengembang terbesar Jepang, bersama Duta Putra Land, pengembang berpengalaman yang telah membangun 300 unit hunian mewah di Jakarta, dan juga Rizki Bukit Abadi, sebuah perusahaan investasi yang menaikkan standar gaya hidup, pelayanan publik, dan hiburan di Jakarta.

Terkenal karena adopsi gaya Omotenashi, Okura Residences Jakarta menerapkan nuansa Jepangnya yang unik dan pelayanan yang berakar dari tradisi dan budaya. Anda bisa berkunjung untuk merasakan sendiri suasana galeri hunian ini, atau Anda juga bisa mengunjungi akun Instagramnya di @theokuraresidencesjakarta. Memori adalah satu hal, lalu yang kedua adalah, ada wejangan-wejangan mengenai uang, yang terselip, yang bentuknya seperti script-script pendek, yang secara tidak sadar masuk gitu.

Jargon parenting. Iya jargon parenting. Kaya misalkan, gue tumbuh dengan, "Makan tuh diabisin. Tau nggak sih cari duit susah," gitu. Kan cari duit susah itu akhirnya masuk kan. / Ya ya ya Dan menurut gua, semasa lo bertumbuh, lu jadi ngerasa, "Oh cari duit tuh susah yah."

Padahal sebenarnya kalau kita balik, ada keluarga yang bilang , " Cari duit itu gampang, kalau lo tau caranya." "Man, lo membesarkan dua orang yang berbeda nih." Ngerti, ngerti. Yayaya. Bener, lo bener. Ada nggak sih, script keuangan kaya gitu yang, masuk di kepala lo ngga sadar? Menurut gue.. menurut gue itu hampir sama persis ya, cuma mungkin di kasus lo mungkin kayak, "Makan diabisin, gitu.". Kalau gua lebih ke bentuk lain, yang ,"Jangan boros." Gitu. Cari duit tuh susah! Lu tau ngga cari duit tuh susah! Lu u lui ai u siu, katanya gitu kan. Bentar bentar terjemahin dulu terjemahin dulu. Ulang ulang ulang. / Tiba-tiba konteksnya konteks Medan nih. Konteks Hokkian ya. / Ya gimana

Ya intinya, elu kalo ada duit. Bentar dong, original, teks originalnya dulu. Nanti ada subtitle gapapa. Ya bener. Subtitle ya tolong ya. Lu kalau u lui, ai u siu, gitu lo. / O u lui, ai u siu. Ya, jadi kayak ada duit/ada duit harus lu tabung/harus lu tabung, harus lu simpan, gitu. Jadi jangan boros. sama, cari duit susah, ya itu lo ada duit, harus lo tabung, simpan gitu. Boleh jadi kaos tadi kita bikin. U lui, ai u siu. / Lo udah tau dong, brand nya siapa, yang kita mau coba deketin? Pak Tedi, Pak Didi, silakan, yuk kita kolaborasi. Yayaya, tapi itulah. Karena, lebih jangan borosnya lah, jadi kayak, kalau lu beli sesuatu, ya lu beli yang lu butuhkan gitu,

jangan ya yang nggak butuh gitu, atau sesuatu yang ga penting, gitu sih. Serupa kan? Serupa. Walaupun agak beda konteksnya Sudutnya berbeda, dari momen yang berbeda Tapi script nya tetap sama/Script nya tetap sama./ Cari uang itu susah/Cari uang itu susah Tapi nabung itu keluarga Chinese banget nggak sih menurut lu? Menurut gue iya, Menurut gue iya yah. Gue ngga tau kenapa sih. Maksudnya, gue ga pernah mikir tentang itu, kaya, apakah itu sesuatu yang Chinese banget, atau sesuatu yang sangat berkaitan dengan budaya Asia, mmm, tapi kalau lu tanya gue secara pribadi, ya gue merasa karena, keluarga gue, mereka datang dari latar belakang yang miskin, gitu kan. Kan, ya memang, cara mereka buat naik kelas, itu adalah kerja keras, ditabung, jangan boros, gitu.

Jadi, yaudah ke bank aja, nabung, nabung, nabung terus gitu. Karena balik lagi, jebakan kelas menengah ya, gue pikir ya. Maksud gue, mereka kan nggak ngerti, cara investasi, mereka nggak paham tentang saham dan hal-hal semacam itu. Betul betul/Kan, jadi gue pikir itu mempengaruhi pola pikir yang ujung-ujungnya ya, lu harus nabung, jangan boros, gitu. Cari duit itu susah. Karena memang cari duit itu susah dan ngga ada privilege itu kan buat mereka dulu

Gila nggak sih kalau dipikir-pikir kayak, script itu ternyata keluar dari papanya papa lu gitu/ Ya.. / lalu turun ke dia, lalu turun ke tiga, jadi generasi kita, turun ke anak kita ngga yah, gitu ya.. "Cari duit itu susah," gue bisa ngebayangin itu. Tapi gue merasa ada script-script yang, bagus buat gue simpen, tentunya nabung, ya, itu script yang buat gue nolong banget. Gue setuju, gue setuju. Dari semenjak gue kerja pertama kali, gaji tiga juta, gue mungkin bisa nabung sejutanya.

Hmm wow Itu ngga biasa/Itu ngga biasa/Dan../ 33%.. Bener banget. Padahal buat anak zaman sekarang, apalagi di Jakarta gitu kan. Pay later./Tepat sekali, gitu./ Iya iya iya../ Nah, menurut gua ada script script kaya gitu yang nolong. Tapi ada juga script script yang akhirnya malah mengganggu, malah ngga mendukung finansial kita, gitu. Contohnya seperti apa tuh? / Mmm.. Gue ngerasa, salah satunya adalah gini. Contoh nih ya, misalnya tentang investasi saham, gitu.

Karena mereka pernah punya pengalaman saham yang kurang baik/ He em../ Mereka jadi bilang, "Lu jangan main saham." Ya ya ya, gue paham itu / Udah pasti boncos, gitu ya / Bener bener bener/ Katanya aja udah kurang tepat. 'Main' saham. /Bener, bener juga sebenernya. Jadi buat mereka itu sebenernya judi. Padahal kalau lihat secara jangka panjang, itu adalah sebuah investasi. Itu menurut gue yang, gara-gara itu, karena script uang itu, kita ketinggalan potensi keuntungan yang gede banget / Ngerti, ngerti sih, ngerti banget.

Kalo, ya kan. Gue sempet satu podcast sama salah satu pendiri sebuah sekuritas besar, sekarang udah jadi unicorn, dia umur belasan udah beli saham Wah, gila beda banget ya. / Karena orang tuanya, yang udah paham tentang kekuatannya, lo invest jangka panjang. / Ya ya ya, ya ya ya. Nah, lu juga ngerasa ada ngga, script tentang uang gitu, yang masuk, tapi bukan jadi bagus, malah jadi ganggu, gitu.

Ngga, gue pikir, pertama-tama, gue sama kaya lo di kasus ini. Gue juga dapet script seperti itu dan gua akui sampai sekarang pun, bukannya menyalahkan ya, balik lagi karena memang situasinya seperti itu dulu Iyah/ Itu membatasi pemahaman dan pendidikan gue gitu, tentang investasi, kita ngomong, apa, sukuk bunga gitu / Yak dan hal seperti itu gue belajar dari lu loh / Wah terima kasih / Gue dengan jujur bilang, gue baru belajar itu tiga tahun belakangan, karena gue ga pernah ada di industri finansial/ Hemm.. / Gitu, gue ga pernah tertarik tentang itu, tapi sekarang gue tau kalau sebagai orang dewasa, lo beranjak dewasa, ada banyak hal yang harus lo lakukan Yak yak/ dan itu bagus buat lo juga, dan gue baru belajar, kayak beberapa tahun terakhir, dan menurut gua kan, ya gua belajar nya sekarang nih, rugi ruginya sekarang nih Untung masih untung loh / Masih ada yang untung, ya masih ada yang rugi, gitu, tapi kan beda banget sama, mungkin, sekarang sejak gue punya temen lebih banyak, yang dapet pendidikan dari, mungkin keluarga yang lebih sejahtera ya, kayak, udah ngerti gitu, kayak, lu mau kerja sekeras apapun, itu bukan caranya jadi kaya. / Hmm.. Lu mau tabung sebanyak apapun, itu bukan caranya jadi kaya, gitu. Lu harus, dalam tanda petik, investasi, bikin uang kerja buat lo, gitu kan. / Yak. yak.

Kita kan ga pernah dapet script itu, gara-gara tadi, jangan main saham/ Yes / Itu judi lah, yang mereka bilang Wah / Selain itu, apa ya script yang lain yah, emm ga ada sih. Gue pikir itu yang terbesar dan paling berdampak ya. / Hmm Gue berharap gue bisa mengubahnya, lagi-lagi, ya ngerasa kayak, yaudahlah yang nggak gue dapatkan dari mereka di edukasi itu gue dapatkan dengan edukasi investasi mereka di hidup gue. Ngerti kan? / Hmm.. Mereka bekerja sangat keras untuk membiayai sekolah gue, pendidikan gue di luar negeri, yang keluarga gue, semuanya, sepupu gue, ga ada yang sekolah di luar negeri. / Wow/ Gue yang pertama, karena mereka bekerja sangat keras buat itu.

Dan hasilnya ditabung! / Dan hasilnya ditabung, bener banget! Dan nabung / Bahkan mereka ngga paham investasi kan? Mereka ngga paham investasi, jadi mereka kerja dengan sangat keras, hasilnya ditabung, dan diinvestasikan ke gue. Wahh.. / Itu kan menurut gue, ketika lo memikirkan itu, itu bener-bener luar biasa gitu loh. Gue dapet semua pendidikan, eksposur, gaya hidup yang gue punya di Singapur, Melbourne, itu ya karena duit orang tua gua. Yang mereka kerja keras, mereka investasi ke hidup gua, meskipun gua ngga selalu emm menggunakannya dengan bijak, gitu kan.

Tapi ya, itu mengubah gue jadi lebih berpendidikan dari pada mereka lah. kasarnya gitu, dan gue bisa belajar hal-hal ini sekarang dan mereka ngga bisa, gitu. Hmm itu jadi mentrigger gua untuk, ini apakah tipikal Chinese juga atau Asian ya.. / Hahaa, gimana.. Anak sama dengan investment, gitu.. which is ngga salah / Gua ngerti, gua ngerti.. Ngga seluruhnya salah lah yah. / Yaya.. / Gua paham sudutnya mereka. Tapi turunannya kalau tadi kita bicara wejangan keuangan atau script uang itu, apakah jadinya buat mereka itu bahasa kasihnya, jadinya terbatas dengan barang atau uang? Hmmm.. / Ya ngga sih? / Ya ya ya.. / Gue tuh punya issue soalnya sama orang tua gue tuh gue ngga bisa ekspresikan emosi gua

dengan cara lain selain, nih gue beliin makan, nih gue beliin ini. Ngerti ngga sih? / Ngerti, ngerti banget, ngerti banget, ngerti banget. Gatau ya, gue pikir itu pertanyaan yang kompleks banget sih. Gue pikir kita harus lihat itu lebih dalem, gitu, sebelum lu bisa bilang ya atau ngga nya mm, tapi memang, itu adalah sesuatu yang Asia banget yah, bahwa bahasa kasih lo adalah Tindakan Nyata sih. Ya ngga sih? Ya kaya nyokap lo aja deh. Kalau nelpon lo kan yang ditanya, udah makan belum, gitu.

/ Iya sih. / Dan kalau lu bilang engga, ya nanti Mami kirim, nanti Mama bikinin, gitu kan. Jadi bahasa kasihnya tuh ya benda, barang, uang, gitu. / Ya, lu bener, lu bener, tapi, gatau ya, gue belum pernah berpikir tentang itu lebih jauh, cuma balik lagi karena gue punya privilege untuk gua sekolah di Singapur, gua menemukan komunitas yang sehat, gereja juga, di situ gua belajar, maksudnya, hanya karena cara kita, hanya karena sesuatu dilakukan dengan cara tertentu sejak lama, bukan berarti cara itu benar, kan. Jadi kaya gue belajar apa yang sehat adalah, oh, ada bahasa kasih, ya kan? Ada hal-hal yang harus lo lakukan, bukan berarti ketika lo ngga ngelakuin itu, artinya buruk, tapi hal itu menghasilkan fungsi tertentu, tujuan tertentu, yang beda dengan bahasa kasih yang lain misalnya. Dan kita harus memutus rantai itu. Dan gue harus jadi orang yang kasarnya udah berpendidikan, berprivilege, gue harus jadi orang yang melakukan itu, gitu. Karena, kalau engga ya siapa, gitu kan. Jadi, gue melakukan itu. / Wah, gimana itu, gimana itu.

Itu gila sih, karena, itu di gereja kan. Kayaknya Julius tau ini karena kita di gereja yang sama gitu. Yang kayak, pastor kita, pemimpin kita, bakal kasih tau kita yang kayak, gua tantang kalian ambis komsel ini, atau abis kebaktian ini, lu langsung lu gapake lama lu telpon bokap lu, lu telpon nyokap lu, bilang I love you mom, gitu. Woahh / Lu bisa bayangin? Ngerti ngga sih, maksudnya, sejujurnya susah banget. / Susah banget Tapi ya gue rasa, yah karena gue terobsesi dengan melakukan sesuatu yang benar gitu, dan gue mau tantang diri gue, gue ngelakuin itu. Gue ngelakuin itu, sampai titik di mana bahkan misalnya gini, gue minta maaf kalau ini agak religius yah. Gapapa, itu kan pribadi. / Ya itu personal / Ya boleh

Maksudnya, orang tua gue bukan Kristen, gue Kristen gitu, ada masa-masa di mana gue berdoa buat beliau, secara langsung, gitu. Yang kayak, dan dan sampai sekarang ya maksudnya pelan-pelan terbangun, sampai sekarang ya kami ngga aneh buat ngasih pujian ke satu sama lain, meluk satu sama lain, beliau minta gue doain beliau secara langsung, beliau ngga ngerasa aneh tentang itu, gue ngga ngerasa aneh tentang itu. Dan gue senang bahwa dulu gue ngelakuin itu, saat berumur 15 atau 16 tahun dulu. Jadi sebelum 16 tahun itu yaudah seaneh itu? / Ya seaneh itu lah, yang ada kan kayak, lu bo yong e kia anjir, Lu anak ngga guna lu. Lu gini aja ngga bisa, lu, ya lu tau, tipikal orang tua yang mereka pengen anak jadi sukses tapi.. Trus dibanding-bandingin ama anak tetangga / Ya kan, lu tau ngga anak si ini begini, begini.. jadi, ya gue ngerasa kita perlu putusin rantai itu aja sih.

Lalu waktu lu telpon I love you, dijawabnya apa? / Sejujurnya gue ga inget sih, jujur, gue ga inget mereka jawabnya gimana sih, karena waktu itu gue bener-bener deg-degan banget sih. Oke.. / Lu pernah melakukan itu ga? Ngomong kaya gitu ke orang tua? Gua nggak bener-bener pas abis kebaktian, dan nggak pake telpon, secara langsung, tapi itu susah banget. / Susah banget / Susah banget. Gue itu besar di keluarga yang, kami nggak pernah bener-bener merayakan ulang tahun. /Ok, yak. / Jadi kayak buat gue sampai sekarang pun sama istri gua, gua dibeliin kue dan ditiup itu buat gua kayak, ini fenomena apa yang terjadi di depan gua, gitu? Apa yang terjadi? / Apa yang terjadi? / Apakah kamu baik-baik saja? / Gue harus bereaksi gimana? Tiupnya bener apa enggak nih kaya ini, gitu kan. Ngerti gua, ngerti. / Jadi emang, balik ke percakapan kita, bagaimana uang dipengaruhi banyak oleh emosi,

dan emosi itu juga banyak dipengaruhi oleh bagaimana kita dibesarkan, bahkan sampai ke bahasa kasih kita jadinya kebentuk, gue jadi makin sadar ya, makin perlu kita ngobrolin hal ini. Betul, betul banget. / Mungkin temen-temen yang dengerin ada yang langsung ngerasa, "Astaga, gue juga kaya gitu." Gue berharap juga gitu. Gue harap kita menyuarakan isu sosial yang ngga pernah disuarakan, gitu.

Ya. Gua jadi pengen ngobrol lebih dalem lagi sih. / Boleh boleh. Bahkan lebih personal nih kalau boleh. / Gue dari tadi, gue lagi nahan air mata loh, tadi dari hal-hal yang kita bicarain / Serius? Serius, maksud gue, kalau lu nanya tentang memori, karena, yah, gue sayang keluarga gue, gue pikir, lu bisa bilang gue adalah family man, karena keluarga gue sangat penting buat gue. Jadi waktu gue mikir tentang hal-hal baik yang mereka lakukan buat gue, dan cara gue memperlakukan mereka dulu, gitu, yang kaya ga mengapresiasi dan segala-galanya, ya, maksud gue, tapi sekarang lu udah dewasa kan, lebih ngerasa kayak, itu sayang, itu sayang dalam bentuk yang paling murni, gitu kan.

Kayak, ya itu menyentuh banget aja sih. Luar biasa banget sih, bagaimana lu bisa mengubah script dari yang tipikal keluarga Asia yang, yaudah, menyampaikannya lewat barang, lewat makanan, tapi lu bisa mengubahnya jadi kata-kata yang menguatkan, sentuhan fisik, yang mungkin kadang-kadang mereka juga sebenarnya butuh, tapi mereka nggak tahu cara mengkomunikasikannya. Bener banget. Karena mereka ngga dapet itu dari orang tua mereka. / Bener banget. Yang mereka tau juga, ini gue kasih aja barang, ini gue kasih edukasi, itu bukti .. / cinta gue ke elu. Gitu kan. / Jadi temen-temen abis ini, jangan kemana-mana, stop dulu podcast ini, lalu telpon orang tua lu Atau lu Whatsapp deh / Oh Whatsapp ya / Lu Whatsapp atau bilang terima kasih aja gitu kalau misalnya itu terlalu mengintimidasi gitu kan. Lu bisa lah melakukan itu.

Gue pengen lihat responnya bapak lu. / Lalu tag kita di instagram. / Kamu lagi pengen apa ngomong kayak gini? Lagi apa, uang abis? / Pasti ada maunya nih. / Lu mau nikah ya? Haha, atau gimana kan. Haduh, Rub, Rub, Rub. Lanjut lanjut. Gue pikir, lu udah nunjukin seberapa banyak lu bertumbuh. Mulai dari bagian bisnis, mulai dari bagian lo pribadi sama keluarga, mm gua mau ngobrol yang seru-seruannya aja / Oke.

Yang lucu-lucuannya aja. / Ampe nangis nanti kalau ngobrolin yang dalem terus. / Iya bener bener. Gua udah merinding berkali-kali dari tadi, dan keinginan untuk ngechat mama gua dan bilang , "Aku sayang mama," itu gede banget. Lakuin itu, bro, setelah ini. Ah, Hadi Ismanto. / Kok jadi kayak, anjir, katanya mau seru. Kok serius? Konteksnya serius, tapi sebenernya pertanyaannya bego. Hadi Ismanto, tiga pembelian yang paling lu nyesel dalam hidup apa? Ya Tuhan. Gila, ini pertanyaannya susah banget. / Yang tadinya lu ngerasa kayak, ah gue mau ini,

tapi dua bulan kemudian yah ngga kepake juga ini barangnya / Oke, emm, apa ya.. mati lah.. Emm, apa yah, musti hati-hati nih ngomong nama karyawannya. Gue ga bisa sebut merk juga Sebuah benda aja. / Sebuah deh ya, sebuah ya. Emm sebuah, gue pikir, gue pikir, gue pikir PS 5 Sebuah benda, jelas nih. / Oke oke. / Kenapa, karena gue beli itu, maksud gue, gue ga berencana beli itu, gitu, lo tau, barang-barang yang lo tau lo pengen, lo tau itu bagus buat lo, tapi kalau dipikir-pikir dengan seksama, lo ga butuh itu sekarang. Hmm. / Ngerti ngga sih? Karena sekarang, pertama-tama, gue punya PS 4, masih bagus.

Gue masih punya banyak games di situ, tidak ada banyak game baru di PS 5 yang kayak, bikin PS 5 cukup menarik buat dibeli, dan harganya, mahal banget kan, ngga sepadan aja menurut gue gitu. Dan lalu, ada temen dateng nih, dia kerja di salah satu e-commerce gitu, yang, Di, harganya lagi murah. Promo. /Promo. / Lu tau gue beli di harga berapa ? / Berapa? / 8 juta doang. / Oh itu promo banget. / Ya kan, aslinya kan 12 kan. / Untung dong. / Ya, itulah yang gue pikirin,

gue ga ada anggaran nih buat PS 5, jadi gue harus mengakui gue pakai Flexi Cash. / Wuah. / Ngerti kan. / Oh beberapa pembayaran. / Beberapa pembayaran dan kemudian, gue ambil pinjaman pribadi dari sebuah aplikasi aja gitu. Cuma karena, kapan lagi gua dapet PS 5 dengan harga segitu. Ya kan. Tapi pada akhirnya, ya udah, gue masih merasa kayak, apakah gue butuh ini? gue masih merasa kayak, sejujurnya, PS 5 nya masih tergeletak di kamar gue, gue belum buka dari paketnya./Serius? Karena gue mikir kayak, gue mau pakai, tapi ga pengen pengen juga, karena ngga banyak game baru yang gue pengen main banget yang cuma ada di PS 5 juga gitu kan.

Yaudah deh daripada nanti kotor, gue buka, tapi gue lama ga main, yaudah biar di situ aja. Udah berapa lama dia nongkrong di pojokan? / Dua minggu ada loh Wow. / Dua minggu, dua atau tiga minggu. Bayangin lebaran gue ngga main itu sama sekali. / Padahal / Padahal libur. Itu waktunya lo untuk main, puas-puasin. / Itu waktunya, harusnya gitu, tapi, gatau ya, gue mikir kayak, mungkin corona juga ya, gue millih menghabiskan waktu dengan keluarga sih. Jadi gue bener-bener dari pagi sampe malem, dari pagi sampe malem lagi sama keluarga, gitu sih. Kenapa ngga sama keluarga main PS 5? Kan bisa? / Ngga bisa lah. Ngga bisa lah. Keluarga gue ngga sekeren itu.

Bisa main game PS 5, tapi game nya adalah bisnis bengkel. Engga lah nggak ada Pak, ngga ada. Kalau Bapak gue punya cafe, mungkin ada yah. Kayak, banyak game rush rush dan simulasi Bener bener bener. Bengkel simulation belum ada / Emm ngga ada deh kayaknya, emm gimana ya.

Baiklah, tapi kalau gua balik, kalau gua balik, itu kan yang lo ngerasa kayak, ah, harusnya nih, ya ngga penting-penting amat, tapi gue yakin lah, maksud gua, seenggaknya lu dapet di harga yang bagus, sehingga kalau lu mau jual lagi pun gua rasa masih bisa, dan ngga rugi. Wah, berarti salah dong gue ngomong jumlahnya tadi. Gue mau.. / Oh ngga papa. Karena orang ngga akan bisa dapet dengan harga yang sama Oh ya oke bener juga. / Ngga mungkin. / Bener juga. / Karena gue juga baru beli. Di waktu yang hampir sama, sekitar liburan kemarin.

Dan gua dapetnya 10. / Kan? / Coba lu jual ke gua, lu untung loh. / Untung gua. Harusnya lu ngomong. / Berarti investasi yah. Kayak gue ngga mainin tapi jadi aset yah. Jadi aset. Cuman kan pengembaliannya semakin lama lu jual, persentasenya makin kecil / Betul betul. / Lo bisa dapet 2 juta dalam dua minggu semenjak lo beli, atau dua juta dalam setahun. Ini jadi kayak ngomongin NFT ya ini, tapi PS 5 gue bukan NFT. Mereka barang nyata. / Ya, barang nyata. Tapi lu ngerti maksud gue lah ya.

Tapi di sisi lain, apa pembelian terakhir yang buat lu, ini berarti banget, ini sepadan banget, ini buat lo kayak, gue dapet sesuatu yang oke banget, ini mantep banget nih. Lu bakal ngerekomendasiin ini ke orang lain. / Hmm.. Gue punya banyak pembelian bagus, yang gue nikmati banget, gue seneng banget. Oh boleh lebih dari satu kalau gitu gapapa./ Tapi itu ngga cukup spesial untuk bisa dikatakan Wow, sepadan banget nih, gitu. Ya, nggapapa. Spesial buat lu. / Jadi, gue pikir, yang spesial buat gue adalah apa yah, gue lagi berusaha untuk ngga mengeluarkan jawaban yang membosankan sih. Gapapa. Membosankan itu bagus. / Gue pikir kalau yang membosankan, itu adalah iPhone sih. / Oke. / iPhone sih. Karena mm apa ya. / Apakah itu iPhone 13, yang baru keluar?

Yang baru keluar, tapi gue ambil yang mini. / Ah oke. / Jadi iPhone mini, gue berusaha ga nyebut merk, tapi tentu saja itu juga termasuk merk. Karena, gue ngerasa itu sepadan banget buat gua, karena dia menyelesaikan banyak persoalan yang gue punya dengan ponsel gue sebelumnya. Jadi kayak kecil, ringan, batere nya kuat, iPhone 13, bukan iPhone 12. Cukup kuat, dan cepet kerjanya, gitu kan. Jadi, dia berhasil ngelakuin banyak hal, tapi gue masih bisa bawa dia di saku gue gitu. Kok jadi kayak iklan sih gitu ya. Tapi, tapi buat gue, gue suka iPhone ini. Karena gue pikir ini pembelian yang paling gue seneng gitu, selama setahunan ini kali ya.

Hmm. / Apa lagi ya, selain itu mungkin ya, yang ngga esensial. Oh, kasur! / Nahh / Itu tuh penting tuh. / Ini membosankan tapi menarik. / Ini menarik banget, karena. / Gimana kasur? / Gue rasa kayak, yaudah, kita ada di umur di mana, penting banget, tidur itu kemewahan, kan? Karna lu, jangan ngomongin teknikal berapa jam lu tidur di kasur atau duduk di kasur. Yak. / Gitu ya, tapi kualitas tidur dan istirahat gitu bakal berdampak pada banyak hal gitu loh.

Kerjaan lu, kualitas kerjaan lu, suasana hati lu, hubungan lu, bahkan. Jadi gue rasa kayak, gue harus investasi di kasur bagus gitu. Gue ga nyebut harga, tapi lebih yang kayak, yang ini bisa bikin gue tidurnya nyenyak, gitu. Jadi ini adalah kali pertama gue beli kasur yang layak lah. Yang, kalau dulu kan kita beli, yang, lu tau, anak-anak kos lah. Ya ya, yang lonjoran siapa, gitu kan. / Lonjorannya yang ada aja, yang cukup aja, satu single bed seperti itu, dan tentu aja kita punya pengalaman itu. Belakangan, meskipun gue belum nikah, gue belum berkeluarga, gue berinvestasi di kasur. Buat diri gue sendiri. Gimana kasurnya? Oh, terbaik. Itu kasur terbaik. Tentu kita ga sebut merk juga gitu, karena kita ngga disponsor sama mereka.

Ya kalo disponsor, di waktu selanjutnya kita podcast di atas kasur. / Kok jadi kesannya salah gitu ya, kita ngomongin duit di atas kasur. Mmm, nyambungnya gimana nih. Yah, tapi kasurnya emang luar biasa sih, salah satu pembelian yang bikin gue seneng dalam kurun waktu setahun ke belakang. / Wow. Gue rekomendasiin buat semuanya, kalau lu punya uang untuk belanja, daripada beli buat gaya-gayaan, sneakers, dan banyak barang yang orang investasi sekarang gitu, yah, investasilah ke kasur yang bagus. Kasur bagus, bantal bagus, sprei yang bagus, gitu. / Yak yak. Wah. / Bakal jadi luar biasa.

Selanjutnya gue pengen beli robot pembersih lantai deh. Gue liat lu gue kayak, " Wuah Ruby jualan nih, dia jual robot vakum bekas, apa gue beli punya Ruby ya? Trus slide selanjutnya udah kejual. Yah yaudah deh, / Ya, waktu itu cepet banget. / Itu cepet banget. Itu super seksi soalnya. / Iya iya. / Harganya, fiturnya / Bener bener bener. Gue pikir semakin kita tua, bukan tua kali yah, semakin kita dewasa, kita mulai mengerti bahwa kita bukan hanya butuh belajar hemat, kaya yang orang tua kasih kita scriptnya, tapi kita juga butuh belajar belanja. / Betul, betul betul. Belajar belanja. / Karena bisa jadi tuh uang yang kita tabung capek capek, bisa salah belanja loh dan itu buang-buang sumber daya. / Ya, ya.

Emm gue tambahin yang kasur ya, karena menurut gue, gue pendukung banget nih. Gue pernah dicolek sama orang yang gue jadiin contoh lah, kita sering bilang kesehatan itu nomor satu, kita sering bilang kesehatan itu prioritas, tapi kalau gue tanya, kasur lo gimana? Itu adalah hal terakhir yang kita taruh di daftar belanjaan kita. Di bawah semua yang kita pakai. / Bener. / Tapi baju kita, kacamata, handphone, lebih kita pikirin duluan. Ya, bener, bener. /Padahal, sepertiga hidup kita di kasur. / Betul juga Kan tidur 7-8 jam kan, jadi semenjak itu gua, o ya bener juga ya, gue harus investasi. Lalu yang kaya lo bilang, itu adalah salah satu pembelian terbaik yang gue pernah lakukan. Kayak, wah gue harusnya lakuin ini dari dulu. / Ya ya ya, gue setuju. Gue setuju.

Ya, dan gue pikir dengan itu obrolan kita udah lengkap. Kita ngobrol udah mulai dari pergumulan lu, sampai akhirnya gimana lu berkembang secara finansial, dan secara emosional, tentang uang, baik dari sisi personal maupun perusahaan. Terima kasih banyak Hadi, buat waktu lu, Gue yang berterima kasih. / Semoga temen-temen juga dapet sesuatu dari podcast ini. Kalau lu dapet sesuatu,

jangan sungkan-sungkan buat post, kasih tau ke kita bagian mana yang lu paling suka, jadi, gue secara pribadi juga bisa jadi lebih baik, dan harapannya bisa kasih sesuatu yang lebih bermakna lagi buat temen-temen di episode berikutnya. / Amin. Ada hal lain yang lo mau sampaikan buat penutup? Gue pikir, tentu aja, terima kasih, Ruby, udah mengundang gue jadi tamu, ini spesial banget loh, diwawancara sama Ruby, gitu kan. Jadi terima kasih banyak, dan terima kasih juga yang udah nonton, mungkin kalau nonton sampai selesai dan kalo dengerin podcast sampai selesai.

Ah, kayak yang Ruby bilang, gue bener-bener berharap bahwa seri Money Actually yang kami produksi bersama-sama, ya podcast ini bertujuan untuk memberi makna, gitu, bagaimana kita hidup hari ini, kan, dan gue merasa, dari kami, Manual, gitu, kami selalu, apa yah, mendukung kualitas hidup, gitu. Hidup berkualitas bukan selalu apa yang lu liat di TV, gitu, bukan selalu apa yang lu liat di media sosial, orang pamer, gitu kan. Dan gue pikir kayak, ini kami, mencoba membuat sesuatu dari itu, jadi kami memberi sebuah perspektif, dan tentu aja kami lebih dari senang bisa punya Ruby sebagai seseorang yang memimpin perjalanan topik ini.

Terima kasih banyak Ruby udah melakukannya. Terima kasih banyak Hadi. Gue juga merasakan hal yang sama. Mungkin kalau gue yang udah terbiasa dengan tadi menunjukkan kasih dengan membawa sesuatu, izinkan gue menyampaikannya dengan Kata-Kata Siap. Sama, sama, sama.

Jadi, temen-temen semua, podcast ini bukan dibuat bukan untuk kita jadi menghakimi satu sama lain, karena gue ngerasa, finansial itu personal, dan semua orang pasti pernah mengalami masa belajarnya, masa berprosesnya. Akhirnya, kalau gue bisa rumuskan dalam satu kalimat, harapannya podcast ini bisa membantu kalian merasa lebih baik tentang uang, dan berpikir lebih baik tentang uang. Sampai jumpa di episode selanjutnya, bye. Bye, bye.

2022-07-13 19:27

Show Video

Other news